Perasaan Itu Hadir Kembali


Setiap insan di dunia ini pasti akan mengarungi samudera yang luas demi mencapai sebuah pulau yang dinamakan kebahagiaan. Setiap insan pasti akan menorehkan tintanya dalam setiap lembar buku kehidupannya. Melewati masa-masa yang akan membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih berarti dan mengenal arti hidup. Ia adalah seorang gadis remaja biasa yang saat ini tengah bersiap melepaskan seragam putih abunya dan pergi lepas landas bak pesawat yang akan mengarungi langit demi pergi ke sebuah pendaratan yang bernama kesuksesan. Melakukan rutinitas seperti kebanyakan pelajar seusianya. Bermain dan berkumpul bersama teman-temannya. Namun satu fase tengah ia jalani. Fase yang hanya merupakan sebagian serpihan mozaik hidupnya. Fase yang biasa menghampiri anak remaja seusianya. Saat kau mengenalnya, maka kau akan merasakan kekuatannya. Saat orang lemah menjadi kuat, atau sebaliknya. Saat orang yang terpuruk menjadi bersemangat dan berani menghadapi dunia, atau sebaliknya. Jika kau tak mengenalnya dengan bijak maka kau bisa terhanyut di dalamnya. Itulah cinta. Tak perlu kuceritakan kawan bagaimana asal mulanya. Karena kata-kata tak akan mampu menggambarkan indahnya memori pada masa itu. Karena kenangan tak akan berarti kenangan jika kita tidak menyimpannya.

Ia jatuh cinta pada sahabatnya. Sahabat yang sudah ia kenal sejak dulu. Laki-laki itu hanya seorang laki-laki biasa. Namun satu yang berbeda. Laki-laki itu tlah mmgang kunci pintu hatinya. Pintu hati yang sangat sulit dibuka. Yang membuat gadis itu tersadar dan memberanikan masuk ke dalam dunia yang sempat mengisolasi dirinya dari perasaan cinta. Yang sempat membuatnya terpuruk dan tak lagi menaruh kepercayaan pada laki-laki manapun. Sesungguhnya laki-laki itu sudah memasuki relung hatinya sejak mereka pertama kali bertemu. Sejak pertama kali mereka mengenal nama mereka satu sama lain. Namun gadis itu baru menyadari setelah mereka bersama selama 5 tahun. Setiap hari gadis itu memperhatikan laki-laki itu. Dahulu memang mereka sangat dekat. Tidak ada sekat diantara mereka berdua. Bebas bercerita dan bebas tertawa. Namun itu hanyalah cerita lalu. Cerita yang terukir dengan manis. Kini semua berbeda. Angin telah membawanya pergi. Pergi jauh dan tak tau akan kembali atau hilang begitu saja. Mungkin ini semua sejak mereka berdua menyadari ada perasaan yang berbeda di antara mereka. Setiap hari pula gadis itu berdoa kepada Sang Pencipta, memohon petunjuk yang terbaik. Kenyataan mengatakan bahwa mereka harus bertemu setiap hari. Harus saling menyapa, walaupun lidah terasa amat kaku, pikiran hilang seketika, dan mungkin terlihat salah tingkah. Namun gadis itu berusaha menampik kenyataan yang ada. Ia takut bahwa yang ia lihat dan rasakan selama ini hanya kebahagiaan semu. Sama seperti dulu. Hingga hari itu pun datang. Dengan mengumpulkan sisa keberanian yang ada, gadis itu berniat untuk menyatakan perasaan yang selama ini ia pendam. Hanya untuk menyatakannya, tak lebih. Gadis itu menunggu laki-laki yang selama ini ia perhatikan. Belum sempat ia menyatakannya. Belum sempat ia melakukan rencana puncaknya, laki-laki itu berkata sambil tersenyum 'itu kesalahanku. mungkin ini belum saatnya' seketika pandangan gadis itu menghilang, pikirannya buyar, lidahnya kelu, kaki dan tangannya dingin. Kata-kata itu masih terngiang jelas di benak si gadis. Kata-kata yang masih menjadi teka-teki bagi dirinya. Karena selama ini menurutnya, laki-laki itu tak membuat kesalahan berarti pada dirinya. Mungkinkah perasaan cinta kepada sahabat itu tidak diperbolehkan? Apakah sahabat yang selama ini menjadi tempat berbagi, tidak boleh menjadi orang yang amat ia sayangi? Doa demi doa selalu ia panjatkan. Dan hasilnya tetap sama. Mereka memang harus dipertemukan. Dan gadis itu pun juga masih merasakan hal yang sama pada laki-laki itu. Membingungkan? Ya memang. Gadis itu juga tak mengerti apa yang terjadi dan apa yang harus ia lakukan. Tapi hingga detik ini, ia masih menyukai laki-laki itu. Laki-laki yang memegang kunci hatinya. Jika laki-laki itu mengetahui semuanya, mungkinkah semuanya akan berubah? Mungkinkah ada kesempatan yang kedua? Mungkinkah akan ada kejelasan dari semua teka-teki ini? Karena perasaan itu telah hadir kembali.

A Resolution in 2013


Happy new year all! Time gone so fast, right? Well for now, I won’t talk about your celebration during new year. I know it would be many of fireworks. But, I will share about a resolution. Resolution in here means something that you will do in this year or simply same as our plan. Many people wish that they can be a better person in the future. I think it will be our resolution together, right? We need a specific resolution how to be a better person. And I have a resolution too in this year, and maybe it can inspire you.

First, I want to more study hard. Not only because of a national exam which will held in several months later. But I think it’s a must-to-do. Because it’s the way to reach our dream for now. Study hard not must in a school, but you can learn from your experience. Experience is the best teacher. From it we can learn many things that we don’t get from our school. Experience will lead you to more responsibility our life. Study hard also means improve your ability. Everyone in this world have their each ability. And we can improve it until it can be our asset and maybe give money for us.

Second I want to learn about entrepreneurship. Because in several years later, we can’t predict what happen next. And we must survive for it. I want to learn by myself not always hang on with my parents. I remember one of Mario Teguh quotes “orang itu biasa dilahirkan untuk berhemat, bukan untuk berusaha menyesuaikan dirinya dengan selera tingginya. Kita yang memiliki selera tinggi, seharusnya bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kita itu” from this quotes I learn and motivate myself to be an entrepreneur. May be for the first step is just to become a reseller 

Third, I want to join a social/environment community. Join a positive community also give a positive impact for us. We can have many friends and have a new experience. And give a chance for us to help each others and save our world. Because of it we are created.

Anything your resolution, the important thing is your act to make it happen.

Antara Mimpi dan Kenyataan


Gue, siswi kelas 3 SMA yang sebentar lagi akan menempuh UN dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, yakni mahasiswi Perguruan Tinggi. Seperti kebanyakan murid kelas 3 lainnya, tentunya dan wajib hukumnya bagi murid kelas 3 untuk menentukan pilihannya. Dan saat itu adalah saat saat tersulit buat gue. Apalagi saat gue ditanya “nanti mau ngelanjutin kuliah dimana?”. Gue selalu hanya tersenyum mendengar pertanyaan ini. Ini adalah suatu dilema buat gue. Karena gue belum tau bakal ngelanjutin kuliah dimana..

Teringat sejak ibu gue bercerita saat gue masih kelas 2 SMP, “dulu cita-cita ibu sempet pengen masuk psikologi. Tapi sama mbahkung disuruh masuk IPB” entah kenapa sejak saat itu gue mulai penasaran dengan psikologi, atau ilmu yang lebih dikenal masyarakat kita sebagai ilmu membaca kepribadian seseorang. Sejak saat itulah gue tertarik dan memutuskan untuk menjadi psikolog nantinya. Hingga akhirnya ketika guee masuk SMA dan diharuskan untuk memilih jurusan. Hasil psikotes menyatakan bahwa gue lebih baik masuk kelas IPS. Tapi orang tua gue menyarankan untuk masuk kelas IPA. Tanpa pikir panjang dan Alhamdulillah karena nilai gue juga mencukupi, akhirnya gue masuk kelas IPA. Namun mimpi gue masih belum berubah untuk melanjutkan ke fakultas Psikologi. Gue makin mantap dengan pilihan gue ini. Namun diakhir kelas 2 SMA gue baru sadar kalo hampir kebanyakan universitas di Indonesia meng-kategorikan jurusan ini ke dalam jurusan IPS. Saat itu gue sadar bahwa jalan gue mulai terhambat. Apalagi dengan keputusan kebijakan pemerintah saat ini yang makin membuat gue bingung. Gue ga menyalahkan kenapa ortu gue nyuruh gue masuk jurusan IPA, ga menyalahkan diri gue yang mengiyakan untuk masuk IPA, ga menyalahkan kebijakan pemerintah. Tak satu pun. Gue hanya berpikir gimana caranya gue bisa masuk fakultas Psikologi mewujudkan mimpi gue dengan kondisi gue saat ini. Gue ga mau ngebebanin biaya masuk universitas yang yah bisa dibilang saat ini cukup mahal.

Hingga saat ini jika ditanya mau kuliah dimana, gue hanya menjawab “Psikologi UI” “loh kenapa di UI kan itu IPS?” gue juga gatau kenapa. Tapi gue pengin belajar psikologi dan itu di UI. Ada yang bilang “kalo memang kamu mau jadi psikologi, kamu ga mesti ambil di UI kan?” gue cuma bisa bilang “itu mimpi gue”. Apa gue ga boleh bermimpi untuk jadi maba FPsi UI? Selama mimpi belum dilarang, gue akan terus bermimpi dan mewujudkannya.

Student Exchange, Why Not?

udah ga berasa kira-kira 2 tahun sejak hari itu. Inget banget waktu itu, gue masih duduk di kelas 10. Saat pulang bareng sama temen gue di angkot, kebetulan temen gue dapet sms dari sodaranya tentang masalah  student exchange. Dan saat itu juga tanpa pikir panjang gue langsung berkata “GUE MAU IKUT. LO IKUT JUGA YA?”. Akhirnya sejak saat itu pikiran gue dipenuhi dengan angan-angan tentang student exchange. Entah bayangan teman-teman disana, lingkungan disana, pemandangan disana. Segalanya. Sejak saat itu pula, gue mulai disibukkan dengan mengisi berkas-berkas yang nantinya akan mempengaruhi hidup gue. Gue sangat berharap.

Hari pengumpulan berkas pun tiba. Beberapa hari sebelum penutupan, gue pun bersiap untuk mengumpulkan berkas-berkas yang telah gue isi. Dan sesampainya disana, ternyata begitu banyak anak-anak lain yang berminat. Jujur aja disitu gue agak pesimis. Bayangin aja ini seleksi satu INDONESIA BRO! Dengan segenap keteguhan hati dan basmallah gue pun tetep mencoba seleksi ini. Yang ada dalam pikiran gue ‘toh gue cuma nyoba, apa salahnya. Kalo gagal juga ga rugi. Kalo lanjut ya Alhamdulillah’. Beberapa minggu setelah pengumpulan berkas, diadakan tes seleksi secara tertulis. Tes ini merupakan tes pengetahuan umum dan karangan essai. Setelah mencari banyak referensi, ternyata tips tes tertulis ini adalah banyak mendengar informasi/berita dari 3 bulan yang lalu sebelum hari H. Dan gue hanya belajar selama 3 hari. Itupun hanya baca buku RPUL, denger berita, baca koran dan lain-lainnya yang pokoknya bisa nambah informasi buat gue. Dan saat tes sebenernya banyak beberapa soal yang gue ga ngerti. Ahirnya gue hanya mengandalkan feeling gue. Kalo untuk karangan essai, hanya diminta untuk membuat satu karangan essai dari 3 tema yang telah disediakan.

Beberapa minggu setelah tes ini, gue ga begitu berharap. Karena menurut gue kemaren itu ga maksimal banget gue ngerjainnya. Setelah sholat, gue membuka web yang mengumumkan hasil tes ini. Dan Alhamdulillah ternyata nama gue ada disitu. Saat itu gue luar biasa senengnya. Tahap selanjutnya adalah wawancara. Dan untuk tahap ini gue ga begitu banyak persiapan. Hanya latihan conversation bahasa Inggris untuk menjawab pertanyaan yang mungkin akan keluar saat nanti wawancara. Dan Alhamdulillah tes ini berjalan lancar. Yang terpenting saat tahap ini adalah saat wawancara kepribadian. Karena wawancara inilah yang akan menentukan lo bakal lanjut ke tahap selanjutnya atau ngga. Dan Alhamdulillah, Allah masih memberikan kesempatan pada gue untuk terus berjuang.

Tahap setelah ini adalah tahap penilaian kerja sama. Jujur disini gue agak kurang siap. Dan sebelum penilaian dimulai, kami semua dikumpulkan dalam suatu ruangan besar sehingga kita dapat berbaur satu sama lain. Dan ternyata gue mendapatkan urutan terakhir, yakni sekitar jam 2 siang. Bahkan itu pun gue ga makan sama sekali. Well, gue sama sekali ga merasa kompak dengan kelompok gue. Mereka semua terlalu ambisius di mata gue. Dan benar saja, ketika hasilnya diumumkan, kali ini langkah gue mesti terhenti. Ya cukup sampai disini. Angan-angan gue yang selama ini gue impikan harus terhenti hanya sebagai mimpi saja. Ternyata Allah berkehendak lain. Selama 1 bulan lebih gue masih drop karena ini. Gue bener-bener menginginkan hal ini, tapi ternyata kenyataannya lain. Gue masih ga terima kenapa gue bisa ga lolos. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, gue makin sadar mungkin memang ini jalan yang terbaik. Dari situ gue belajar untuk lebih menghargai orang. Belajar bekerja sama. Belajar untuk tidak egois. Belajar ‘to be yourself’. Dan banyak hal lainnya. Dan yang terpenting gue sangat bersyukur karena gue bisa melangkah sejauh itu. Dari 1500 peserta yang ikut, gue dah bisa melangkah sampai masuk 100 besar. Setidaknya gue udah mencoba dan mendapat banyak pelajaran dari situ :) Dan sampai detik ini pun gue masih akan terus berusaha untuk mencari dan mendapatkan beasiswa. Pergi ke luar negeri dengan prestasi jauh lebih membanggakan buat gue. Yah walaupun bukan berarti sekolah di luar negri akan menjamin kita akan jadi sukses nantinya.

So buat kalian yang mau ikut student exchange, jangan ragu. Selama mencoba sesuatu itu gratis, kenapa nggak? Karena dari berani mencoba, lo akan dapet sesuatu yang berharga yang belum tentu orang lain punya. The key: Be confidene. Semuanya balik ke diri kalian masing-masing. Semangat ya!